Daftar Blog Saya

Senin, 17 Januari 2011

Kajian Pemerintah Tentang Energi Alternatif


Eril Sutasena (20/07/2005 - 06:23 WIB)
Jurnalnet.com Jurnalnet.com (Jakarta): Pemerintah mengkaji insentif bagi industri yang menggunakan energi alternatif baik yang terbarukan (renewable) maupun yang tidak terbarukan guna mendorong penggunaan energi di luar bahan bakar minyak (BBM).

"Untuk merangsang penggunaan energi altenatif, pemerintah akan memberi insentif," kata Menperind Andung A Nitimihardja, di Jakarta, Selasa.

Namun ketika didesak mengenai jenis insentif yang akan diberikan, Andung mengaku masih dikaji, termasuk soal kemungkinan memberikan pembebasan bea masuk untuk barang modal.

Menurut dia, sejumlah industri saat ini sudah beralih menggunakan bahan bakar alternatif di luar BBM, seperti industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mulai menggunakan batu bara.

"Saya juga sudah bicara dengan industri baja, bisa tidak mereka menggunakan energi alternatif," ujar Andung.

Ia juga meminta kalangan industri otomotif untuk terus mengembangkan produksi kendaraan hemat energi dan kendaraan yang menggunakan energi alternatif seperti gas, di samping pengembangan kendaraan berenergi tenaga matahari yang sudah dikembangkan banyak negara maju.

Selain mengkaji insentif, Andung juga mengatakan Deperin bekerjasama dengan instansi terkait akan terus mengembangkan energi alternatif yang terbarukan ("renewable") seperti dari biji jarak, minyak sawit mentah (CPO), dan metanol.

"Kita termasuk boros (penggunaan) energi. Jadi ke depan harus diupayakan bagaimana memproduksi energi alternatif terbarukan sebagai energi tambahan," katanya.

Untuk itu, Deperin juga akan mengupayakan berbagai cara untuk menghasilkan energi alternatif yang lebih murah dari yang ada saat ini.

"Saat ini, harga energi alternatif yang berasal dari CPO, biji jarak, dan metanol masih lebih mahal karena harga BBM yang lebih murah," katanya.

Jika kelak harga BBM naik terus, kata Andung, maka harga bahan bakar alternatif akan menjadi lebih bersaing. Apalagi jika energi alternatif yang terbarukan itu terus diproduksi secara massal. ***(ant) by.ttp://www.jurnalnet.com